Dalam hidupnya, Rasulullah selalu
bersifat rendah hati dan pemaaf. Tiada terhitung banyaknya cacian dan hinaan
yang diterima beliau dari kaum kafir. Namun, Rasulullah senantiasa berbuat baik
terhadap orang-orang yang menghinanya itu. Salah seorang yang sangat membenci
Nabi Muhammad adalah seorang nenek tua Yahudi. Kebetulan setiap kali Nabi ke
masjid selalu melewati depan rumah-nya. Suatu hari Nabi lewat, si nenek sedang
menyapu rumahnya. Maka si nenek buru-buru mengumpulkan sampah dan debu
dirumahnya. Ketika Nabi lewat di depan rumah nya, nenek tua
itu melemparkan sampah dan debu dari jendela. Nabi terkejut, namun ia
tidak marah setelah tahu siapa yang
melemparnya. Malah Nabi mengangguk sambil tersenyum.
“Assalamu’alaikum!”, sapa Nabi sambil
terse-nyum kearah nenek. Mendengar salam dari baginda Nabi, nenek
tua itu malah melotot sambil
membentak,“Enyah, kau kau dari sini
Muhammad!“.
Keesokan harinya, Nabi lewat lagi di depan rumah si
nenek. Masya Allah, ternyata si nenek sudah bersiap-siap melempar Nabi dengan
kotoran. Kali ini dia juga meludahi Nabi. Bagaimana sikap Nabi Muhammad? Apakah
beliau marah? Lagi-lagi, Nabi hanya senyum dan berusaha membersihkan
pakaiannya. Si nenek menjadi tambah marah karena Nabi tidak terpengaruh.
Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap
kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak
marah.
Suatu kali Nabi lewat lagi di depan rumah sang nenek.
Tapi, kali ini ada yang berbeda. Si nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah
bersiap-siap menyapanya. “Aneh, pasti ada
sesuatu terjadi pada si nenek”, pikir nabi sambil meneruskan
perjalanan. Nabi lalu mendatangi
tetangga si nenek. “Apakah engkau
mengetahui apa yang terjadi dengan nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak
melihatnya hari ini,” , tanya Nabi penuh selidik. Teta-ngga nenek tersebut
balik bertanya, “Mengapa engkau begitu
peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?”.
Nabi hanya tersenyum mendengar pertanyaan tetangga si nenek. Tetangga itu lalu
menjelaskan bahwa si nenek itu tinggal sebatang kara dan kini sedang sakit
keras. Maka, bergegaslah Nabi Muhamad menuju rumah si nenek yang sedang sakit.
Di rumah itu, Nabi membantu memasak makanan, mengambilkan air dari sumur, dan
membersihkan debu-debu di rumahnya.
Sang nenek heran melihat ada
seseorang yang memban-tunya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Lalu,
betapa terkejutnya dia manakala tahu siapa sebenarnya yang membantunya. Begitu
melihat wajah Nabi yang sangat tulus, nenek itupun menitikkan air mata. Selama
ini tidak ada yang mau merawat dia. Tapi, justru orang yang selama ini
dihinanya, dengan penuh kasih sa-yang merawatnya. Sungguh mulia hati orang ini.
Si nenek lalu meminta maaf kepada Nabi.
Pendek kata, si nenek tadi akhirnya masuk Islam. Ia kemudian menjadi
salah seorang muslimah yang taat. Itulah Rasulullah, dengan sabar melayani
orang yang selama ini menghina dan mencaci dirinya. Beliau tidak sakit hati
malah membantu melayaninya. Sungguh agung akhlaq Rasulullah. Begitu indahnya
budi pekerti Rasu-lullah, maka tidak heran bila para sahabatnya sangat
menyayanginya. Hidup dan mati para sahabat didedikasikan untuk membantu
perjuangan Rasulullah. Demikian cintanya mereka kepada kekasih Allah itu,
sehingga ketika Rasu-lullah meninggal, orang segagah Umar bin Khottob sampai
menangis. Bagaimana dengan kita ? sebagai ummat nya apakah kita
mampu bersabar ketika menghadapi penghinaan? Lebih dari itu kita mau berbuat
baik sekaligus membantu orang yang menghina kita?
______________ 0
_____________
0 komentar:
Posting Komentar