Senin, 19 Januari 2015

Sabarnya Rosulullah



Dalam hidupnya, Rasulullah selalu bersifat rendah hati dan pemaaf. Tiada terhitung banyaknya cacian dan hinaan yang diterima beliau dari kaum kafir. Namun, Rasulullah senantiasa berbuat baik terhadap orang-orang yang menghinanya itu. Salah seorang yang sangat membenci Nabi Muhammad adalah seorang nenek tua Yahudi. Kebetulan setiap kali Nabi ke masjid selalu melewati depan rumah-nya. Suatu hari Nabi lewat, si nenek sedang menyapu rumahnya. Maka si nenek buru-buru mengumpulkan sampah dan debu dirumahnya. Ketika Nabi lewat di depan rumah nya,  nenek tua  itu melemparkan sampah dan debu dari jendela. Nabi terkejut, namun ia tidak marah setelah  tahu siapa yang melemparnya. Malah Nabi mengangguk sambil tersenyum.
“Assalamu’alaikum!”, sapa Nabi sambil terse-nyum kearah nenek. Mendengar salam dari baginda Nabi,  nenek  tua  itu malah melotot sambil membentak,“Enyah, kau kau dari sini Muhammad!“.
   Keesokan harinya, Nabi lewat lagi di depan rumah si nenek. Masya Allah, ternyata si nenek sudah bersiap-siap melempar Nabi dengan kotoran. Kali ini dia juga meludahi Nabi. Bagaimana sikap Nabi Muhammad? Apakah beliau marah? Lagi-lagi, Nabi hanya senyum dan berusaha membersihkan pakaiannya. Si nenek menjadi tambah marah karena Nabi tidak terpengaruh. Begitulah, beberapa hari Nabi lewat di depan rumah si nenek tersebut. Setiap kali itu pula ia menerima lemparan sampah dan debu. Nabi tetap saja tidak marah.
   Suatu kali Nabi lewat lagi di depan rumah sang nenek. Tapi, kali ini ada yang berbeda. Si nenek tidak kelihatan. Padahal, Nabi sudah bersiap-siap menyapanya. “Aneh, pasti ada sesuatu terjadi pada si nenek”, pikir nabi sambil meneruskan perjalanan.  Nabi lalu mendatangi tetangga si nenek. “Apakah engkau mengetahui  apa yang terjadi dengan  nenek di sebelah rumah ini? Aku tidak melihatnya hari ini,” , tanya Nabi penuh selidik. Teta-ngga nenek tersebut balik bertanya, “Mengapa engkau begitu peduli pada dia, wahai Rasulullah? Bukankah ia selama ini menghinamu?”. Nabi hanya tersenyum mendengar pertanyaan tetangga si nenek. Tetangga itu lalu menjelaskan bahwa si nenek itu tinggal sebatang kara dan kini sedang sakit keras. Maka, bergegaslah Nabi Muhamad menuju rumah si nenek yang sedang sakit. Di rumah itu, Nabi membantu memasak makanan, mengambilkan air dari sumur, dan membersihkan debu-debu di rumahnya.  Sang  nenek heran melihat ada seseorang yang memban-tunya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Lalu, betapa terkejutnya dia manakala tahu siapa sebenarnya yang membantunya. Begitu melihat wajah Nabi yang sangat tulus, nenek itupun menitikkan air mata. Selama ini tidak ada yang mau merawat dia. Tapi, justru orang yang selama ini dihinanya, dengan penuh kasih sa-yang merawatnya. Sungguh mulia hati orang ini. Si nenek lalu meminta maaf kepada Nabi.
   Pendek kata, si nenek tadi  akhirnya masuk Islam. Ia kemudian menjadi salah seorang muslimah yang taat. Itulah Rasulullah, dengan sabar melayani orang yang selama ini menghina dan mencaci dirinya. Beliau tidak sakit hati malah membantu melayaninya. Sungguh agung akhlaq Rasulullah. Begitu indahnya budi pekerti Rasu-lullah, maka tidak heran bila para sahabatnya sangat menyayanginya. Hidup dan mati para sahabat didedikasikan untuk membantu perjuangan Rasulullah. Demikian cintanya mereka kepada kekasih Allah itu, sehingga ketika Rasu-lullah meninggal, orang segagah Umar bin Khottob sampai menangis. Bagaimana dengan kita ? sebagai ummat nya apakah kita mampu bersabar ketika menghadapi penghinaan? Lebih dari itu kita mau berbuat baik sekaligus membantu orang yang menghina kita?
______________ 0 _____________

0 komentar:

Posting Komentar